Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas sekolah
Disusun Oleh: Imam Hanafi
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena berkat taufik serta Hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah tentang Islam di indonesia. Serta tak lupa sholawat salam selalu mengalir
pada sang Revolusioner akbar Muhammad Ibni Abdillah yang telah mengangkis kita
dari jurang kebodohan menuju pada cahaya keilmuan seperti yang dapat kita
rasakan saat ini.
Disini penulis menyadari dalam penyelesaian
tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah tugas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimaksih Kepada:
1.
Sulilah Spd.i
2. Teman-teman penulis makalah ini yang
telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan
tugas makalah ini
Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan dengan tangan terbuka untuk menuju pada
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga tugas makalah
tentang Islam di indonesia ini memberi manfaat sebagaimana
yang di harapkan bersama Amin.
Waalaikumussalam wr.wb.
Pamekasan. 03 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Rumusan Masalah.............................................................................. 1
- Tujuan................................................................................................ 1
BAB
II. PEMBAHASAN
- Sejarah Masuknya Islam di Indonesia …………………………… ..3
- Perkembangan Islam di Indonesia ………………………………….5
C.
Karakteristik Islam di Indonesia ……………………………...…... 11
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................. 14
- Saran-saran.............................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan
bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di
dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang
mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya.
Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah
hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian
sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara
berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam
kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena
itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari
usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan
mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan
agar pesan ini tidak punah.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana Karakteristik
Islam di Indonesia?
C.
TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Islam di
Indonesia
3.
Untuk mengetahui
Karakteristik Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya
pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja.
Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah
menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada
dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam
kepada para penduduk.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Teori Masuknya Islam ke Idonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi
islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun
untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para
sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck
Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini,
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini
berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah
berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara
damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam
yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk
lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.
1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur
perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia
termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan
membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama
dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran
penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang
muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi
yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang
gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.
3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka
mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin
langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke
kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.
4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih
terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang
yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh
islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak
bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang.
Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai
negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur
pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah
dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya
menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad
kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di
Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Ilustrasi
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa
runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada
berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu
memisahkan pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di
Indonesia, seperti berikut:
1. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah
terjadi sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi);
2. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13
sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru
pulau di Nusantara);
3. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15
Masehi dan seterusnya melalui
kerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai
negeri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India
(Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan
pembawa Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan
masyarakat, dan budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.
Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan,
pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu
yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih
setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan,
raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan
pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari
pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati pesisir,
para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk Islam rakyat di daerah itu pun
masuk Islam, contohnya Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
Proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara
damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih
menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah
dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam,
rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di Demak, Kudus, Cirebon, Tuban,
dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal itu dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah
ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang tetap dipelihara dalam
rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Garebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.
Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel
Sunan Drajad
Sunan Bonang
Sunan Giri
Sunan Kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
C. Karakteristik Islam di Indonesia
1.
Majemuk / Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat
Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam
Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang
(Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu
memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban agamanya.
Santri merupakan penganut islam yang taat.
Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren.
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam,
yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka
yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.
2.
Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari
Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan
budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan.
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.
Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang
berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini
berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat
Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan
agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan
damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan
keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di
tengah-tengah mayoritas agama lain.
4.
Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan
akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini
maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak
bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah
yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi
pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam
ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada
sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan
Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
•
Islam lahir dan dikembangkan di Indonesia di bawa oleh para wali songo.
•
Perkembangan Islam di Indonesia melalui proses babakan yang sangat
panjang, mulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
•
Model-model pemahaman Islam di Indonesia menambah keragaman Islam di
Indonesia, seperti organisasi-organisasi Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis
dll.
•
Karakteristik Islam di Indonesia
yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
•
Umat Islam berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur baik dari masa penjajahan hingga
masa pembangunan
.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah di waktu yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi, 2011, Pendidikan Agama Islam: Buku
Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi, Jambi, Gaung Persada Press
Tag :
contoh makalah,
makalah
0 Mayu kana' jhek rasarah jhek kun becah malolo tang blog rea mara komentari blog rea se ajudul "Ini adalah tugas makalah ku tentang Islam Di Indonesia yang telah di ACC"